Minggu, 01 Mei 2011

Sajak Putih..


SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah...

Kamis, 24 Februari 2011

Sampai Kapan Doktrin Soeharto Akan Membodohi Anak SD???

Saat saya menonton video dokumenter “Shadow Play”, saya miris, terharu, dan heran ketika  menyaksikan salah satu bagian video dokumenter itu. Dalam bagian video tersebut, ada sekelompok warga yang mencoba menghalangi keluarga yang akan memakamkan kembali tulang-belulang jasad korban pembunuhan massal, yang dianggap simpatisan komunis di Indonesia ( PKI ). Video itu sendiri menceritakan mengenai kejadian setelah tragedi 30 September 1965. Dalam video itu, dikisahkan bagaimana kekejaman tentara ( dibawah pimpinan Sarwo Edhie ) yang membantai simpatisan komunis. Ada yang memperkiraan korban tragedi setelah 30 September 1965 mencapai ratusan ribu bahkan jutaan orang.

Bayangkan, hanya karena dianggap simpatisan komunis, manusia yang sudah jadi tulang-belulang saja tidak boleh dikuburkan secara layak oleh warga yang termakan doktrin Soeharto. Benar-benar sebuah ironi bangsa yang tak habis-habisnya di negeri ini. Apalagi, dibagian lain video tersebut, ketika pengambilan gambar di area Museum Lubang Buaya, ada sekelompok anak SD sedang wisata belajar mengenai sejarah. Pemeran dalam video itupun bertanya kepada gerombolan anak SD polos itu, kira-kira begini, ” sedang apa kalian????”. “Sedang belajar sejarah, sedang menyaksikan bukti kekejaman PKI”, jawab salah satu wali murid SD tersebut ( kemungkinan wali murid ).

Saya terheran-heran bukan kepalang. Kenapa???, karena sudah puluhan tahun sejarah ini masih dipertahankan oleh pemerintah yang notabene belum terbukti kebenarannya. Para Jenderal yang menjadi korban tragedi 65 mendapat penghormatan, Pahlawan Revolusi, karena dibunuh secara “kejam” oleh pasukan Cakrabirawa. Namun, apa bedanya para Jenderal dengan para simpatisan komunis yang juga dibantai dengan sangat keji???. Kenapa mereka tidak mendapat kehormatan yang sepadan dengan Pahlawan Revolusi???. Sampai sekarang pun masih terpampang relief-relief yang menggambarkan “kekejaman” PKI di Lubang Buaya. Padahal, kebenaran mengenai penyiksaan terhadap para Jenderal sebelum dibunuh dibarengi tarian telanjang para Gerwani tidak terbukti. Ini jelas pembodohan sejarah terhadap anak-anak SD yang sangat polos.

Sampai kapan kira-kira doktrin Soeharto akan hilang dari pandangan masyarakat???.
Semoga pemerintah nantinya akan adil seadil-adilnya menyikapi realita sejarah ini..

Sabtu, 19 Februari 2011

Zaman Sudah Jauh Berubah, Bulan Tetap Tersenyum..


Kereeekkkk, bunyi gerbang depan rumah ketika aku buka..
Srak srek srak srek, bunyi sandal mengiringi langkahku menuju warung pinggir jalan yang aku tuju..
“Rokok sebungkus bang”, pintaku pada si penjual..
“Apaan, biasa??”, tanya si penjual padaku..
“Iya”, jawabku..
“Bujug dah, rame banget tadi di perempatan sono”, cerita seorang tukang ojek kepada temannya sesama tukang ojek..
“Ada apaan emangnya??”, tanya si penjual rokok pada si tukang ojek..
“Ituan, sepen.. sepen.. sepen apaan tadi, lupa. Itu yang tadinya dealer mobil, yang sekarang jadi restoran gtu dah”. Jawab si tukang ojek..

“Gini dah jadinya kalo kelurahan ngga ngatur wilayah”, sambut tukang siomay yang biasa mangkal deket warung rokok dan pangkalan ojek..
“Semakin semrawut, macet, mobil pada lewat depan rumah, yang nongkrong di daerah sini kan bukan warga sini, jadi kita yang ngerasain, hehehe”, tambah si tukang ojek..

“Ayo bang, duluan”, aku pamit pulang..
Srak srek srak srek..
Aku lihat bulan, purnamanya seakan termakan awan hitam dimalam hari..
Tetapi bulan tetap tersenyum..


                                                                                                              Tebet, 19 Februari 2011, pukul 11.15 WIB..