Rabu, 08 Februari 2012

ADA “KEPENTINGAN” DI BALIK MEDIA MASSA INDONESIA SEKARANG!!!

Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media (Wikipedia). Setelah reformasi di Indonesia pada tahun 1998 digaungkan, masyarakat Indonesia sudah dengan mudah mengakses berbagai macam informasi dari dalam negeri, bahkan luar negeri. Mulai dari permasalahan politik, ekonomi, dan sosial budaya, kita dapat mengaksesnya melalui berbagai media massa yang tersedia.
Dalam era demokrasi ini, media massa atau jurnalisme memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan sistem demokrasi. Bahkan jurnalisme juga dianggap sebagai pilar keempat demokrasi. Media dan demokrasi merupakan hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Keduanya telah melewati sejarah yang panjang dan saling berkesinambungan satu sama lain sejak zaman feodal hingga saat ini. Media massa tanpa adanya demokrasi akan mengalami kemandegan, karena media massa dapat bersuara manakala difasilitasi oleh sistem demokrasi. Begitu juga sebaliknya, demokrasi akan terlihat sinarnya manakala difasilitasi oleh media massa.
Berbeda pada zaman Orde Baru, yang sangat otoriter, dengan tangan besinya Soeharto membredel dan membendung media massa yang “vocal” dengan berbagai cara. Tindakan tersebut dilakukan agar masyarakat sama sekali tidak mengetahui kebobrokan permasalahan yang ada pada pemerintah, khususnya korupsi yang merajalela, yang dilakukan oleh kroni Soeharto. Dengan cara itu, Soeharto sukses berkuasa kurang lebih selama 32 tahun sejak tumbangnya era Orde Lama Soekarno pada tahun 1967.
Akan tetapi, rakyat yang sudah muak dengan pembodohan yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru, rakyat berani melawan dengan bantuan media massa yang juga sudah jenuh di kebiri oleh penguasa. Maka tumbanglah rezim otoriter Jenderal Besar Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998. Sejak saat itu, berkembanglah industri media massa dengan cepat, dan dengan sangat terbuka menyampaikan informasi kepada masyarakat sampai sekarang. Kontrol sosial yang dilakukan oleh media massa saat ini sangat membantu masyarakat, bagaikan lensa teropong yang selalu terarah ke berbagai sisi.
Namun, ada saja media massa yang hanya mementingkan kantong para pemodalnya. Lihat lah salah satu acara di televisi yang dengan gamblang menampilkan kemiskinan sebagian rakyat Indonesia. Dalam acara tersebut, kemiskinan sangat ditonjolkan, bahkan talent yang dijadikan “bintang tamu” mengikuti kegiatan keseharian keluarga yang miskin tersebut. Yang lebih miris lagi, acara tersebut masih bertahan sampai sekarang dengan rating yang cukup bagus. Dan keuntungan yang didapat stasiun televisi tersebut tinggi, tidak sebanding dengan hadiah atau bantuan yang diberikan oleh stasiun televisi tersebut kepada keluarga yang dijadikan alat mencari keuntungan semata. Pesan yang disampaikan kepada para pemirsa, khususnya pemerintah yakni masih banyaknya kemiskinan di negeri ini, tampaknya tidak begitu berpengaruh terhadap taraf kesejahteraan bangsa Indonesia.
Adalagi acara yang bertajuk reality religi. Acara dengan menampilkan talent-talent baru tersebut, mengisahkan sisi negatifnya dalam kehidupan masyarakat. Mulai dari kisah lesbi, anak durhaka kepada orang tua, dan lain sebagainya, dipoles sedemikian rupa seperti sineteron, tapi tampak real. Semata-mata hanya keuntungan yang dicari oleh pengusaha media massa tersebut. Kekerasan yang ditampilkan dalam berbagai acara di televisi sangatlah jauh dari fungsi media massa itu sendiri, yakni sebagai pengontrol sosial.
Berbeda aliran televisi, berbeda pula pesan yang disampaikan kepada pemirsanya. Simaklah televisi berita yang ada di Indonesia. Televisi tersebut dengan gencar “menyerang” pemerintah yang dianggap belum mampu mensejahterakan warganya, mulai dari maraknya korupsi, penegakan hukum yang timpang, dan masih banyak yang lain. Memang benar, media harus mengungkap semua permasalahan yang mendera bangsa kita ini. Tapi, apakah hanya semata-mata untuk mengontrol jalanya pemerintahan sekarang??.
Kita lihat dua media massa yang fokus pada program berita. Apa yang mereka tampilkan??. Tentu kebobrokan pemerintah dan yang kurang dari pemerintah. Media massa tersebut, yang memang dimiliki oleh salah satu tokoh partai politik dan partai baru pemilu 2014 mendatang, dengan gamblang dan penuh semangat membuka aib partai pemenang pemilu yang lalu, partai Demokrat. Tentu bertujuan untuk pembentukan opini publik mengenai pemerintah sekarang, yakni pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Kedua media massa tersebut seakan berlomba berenang di air keruh, mencari simpati masyarakat luas, agar terpengaruh dengan pemberitaan yang mereka sampaikan. Dan tentu agar popularitas pemerintah semakin merosot.
Sekali lagi memang, pemberitaan yang disampaikan oleh kedua media massa tersebut tidak melulu tentang politik semata, ada juga mengenai masalah sosial lain yang diberitakan. Akan tetapi, berita politik yang terus-menerus diumbar ke publik jelas bermaksud untuk shocking attack terhadap pemerintah, dan pembentukan opini. Padahal, salah satu pemilik media masa tersebut adalah bagian dari pemerintah juga, tidak lain dari koalisi partai pemerintah dua periode terakhir. Bahkan, media massa yang dekat dengan pemerintah seperti tidak punya kekuatan untuk mengimbangi “serangan” dari kedua media massa tersebut.
Entah sampai kapan media massa digunakan sebagai senjata untuk memuluskan jalan menuju kekuasaan dan kepentingan suatu kelompok tertentu. Barang tentu akan sulit hilang selama pemilik media massa selalu bergelut dalam kancah politik.



Tebet
Rabu, 8 Februari 2012