Selasa, 18 Mei 2010

Siang Itu di Tugu Pancoran....

Siang itu ketika aku berhenti disebuah perempatan lampu merah tugu pancoran, jalan yang biasa aku lewati jika aku pulang, aku melihat suatu ironi yang terjadi di Indonesia. Sebuah gerobak usang, karatan, yang termakan usia di seret dengan tubuh seorang pria paruh baya. Bukan barang bekas atau barang lainnya, malah seorang perempuan ( ibu-ibu ) yang sedang mengendong anaknya yang tertidur lelap. Terik matahari tidak membuat laki-laki tua itu terlihat lelah. Perempatan lampu merah yang sedang ramai dilalui kendaraan bermotor dia tembus tanpa rasa takut tertabrak kendaraan. Salah satu petugas polisi lalu lintas yang sedang mengatur laju kendaraan, tiba-tiba menghampiri laki-laki tua yang membawa gerobak itu. " Mari pak, saya bantu ", begitu kira-kira kalimat yang terucap dari mulut petugas polisi lalu lintas itu. Tepat dibawah flyover tugu pancoran, laki-laki paruh baya itu berhenti dan istirahat. Mengusap dahi dengan handuk kecil dan meminum air untuk memulihkan tenaga. Perempuan dan anak kecil yang kemungkinan adalah isteri dan anaknya turun dari gerobak dan duduk disamping gerobak. Anak kecil yang tadi tertidur, malah terbangun dalam bisingnya suara kendaraan yang melintas.

Saat itu juga aku bergumam dan merasakan suatu keanehan hidup di negara ini, Indonesia. Jika kita melihat program berita akhir-akhir ini, pastinya kita disuguhi dengan berita mengenai keberhasilan kepolisian negara kita dalam membasmi para teroris. Padahal, para teroris yang sudah bertahun-tahun menjamur dimuka bumi Indonesia bergerak secara sembunyi-sembunyi dan sangat rahasia. Bahkan para teroris itu beraviliasi dengan teroris internasional. Tentu banyak pihak yang berdiri dibelakang para teroris tersebut. Tetapi pemeritah dapat membasminya. Memang, belum semua anggota teroris dibasmi oleh pemerintah. Namun, hal ini membuat saya berpikir dan terus-menerus memikirkan hal ini. Kenapa pemerintah dapat membasmi teroris dan belum bisa membasmi kemiskinan?????

Cara-cara pemerintah dalam membasmi masalah kemiskinan belumlah maksimal. Misal, program BLT yang masih mengalami berbagai masalah itu. Program itu juga belum merata dilakukan. Yang dibutuhkan masyarakat miskin ataupun kurang mampu yakni lapangan pekerjaan, upah kelas pekerja yang layak, dan memperioritaskan ekonomi kelas bawah. Keluarga Gerobak yang tadi aku ceritakan adalah bukti pemerintah belum bisa mengatasi masalah kemiskinan. Masyarakat miskin desa, berpikir jika hidup dikota-kota besar dapat merubah nasib mereka. Keluarga gerobak banyak yang tinggal dimana mereka merasa lelah setelah berjalan jauh mencari belas kasihan orang lain atau mencari barang bekas yang kiranya masih bisa dijual lagi kepengepul. Ada lagi peraturan daerah yang dikeluarkan pemerintah daerah Jakarta mengenai pelarangan memberikan uang kepada para gelandangan ( pengemis ) lebih memperburuk kehidupan rakyat yang tertindas di negeri sendiri itu. Para pegemis harus mencari akal untuk bisa bertahan dari kejamnya kehidupan di negeri ini setelah dikeluarkannya peraturan daerah itu.

Manusia gerobak, ya manusia gerobak julukan bagi keluarga yang hidup nomaden dengan membawa sebuah gerobak untuk dijadikan media bertahan hidup. Kehidupannya sangat tidak manusiawi, namun itulah realita sebagian rakyat miskin di negeri ini. Lagu yang sering berkumandang ketika aksi massa dijalanan, DARAH JUANG, sangat menggambarkan betapa ketidakadilan dinegeri ini memang benar-benar REALITA. Cita-cita kemerdekaan belum tercapai, rakyat miskin tertindas dan semakin tertindas.

Pemerintah harus berjuang habis-habisan membasmi kemiskinan. Semangat membasmi teroris harus dijadikan contoh semangat membasmi kemiskinan. Jika membasmi para teroris saja bisa, kenapa tidak untuk membasmi kemiskinan???
Rakyat miskin sudah sangat lelah menjalani hidup seperti itu. Kini saatnya menagih janji penguasa untuk mensejahterakan rakyat. Rakyat miskin juga manusia, maka dari itu penguasa ( pemerintah ) juga harus memanusiakan rakyat miskin dengan kesejahteraan dan keadilan yang nyata, bukan sebuah wacana belaka yang keluar dari mulut para penguasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar