Sabtu, 23 Oktober 2010

Selasa, 19 Oktober 2010

Tugas Fotografi Jurnalistik

Seorang pemulung barang bekas sedang menunggu rombongan Brimob keluar dari halaman Tugu Monas saat penjagaan aksi unjuk rasa memperingati satu tahun pemerintahan SBY ( 20/10 ) lalu. Biasanya, saat berlangsungnya aksi unjuk rasa di depan Istana Negara banyak para pemulung barang bekas yang memunguti gelas-gelas dan botol plastik bekas minuman mineral para pendemo.

Sabtu, 29 Mei 2010

Mana Janji Manismu?????

Ketika ramainya masa kampanye saat pemilu legislatif, spanduk berisi janji suci dari seorang yang mancalonkan diri sebagai wakil rakyat tertempel dimana-mana. Baliho super besar menghiasi semaraknya pesta demokrasi lima tahunan itu. Banyak yang bilang, itu pesta rakyat. Gombalan para politisi menghiasi seluruh sudut kota, mulai dari perempatan jalan hingga pusat-pusat umum lainnya. Namun, semua itu seakan musnah dan terbantahkan, spanduk dan baliho seakan hanya alat hipnotis belaka untuk memuluskan jalan mereka menuju kekuasaan.

Ketika aku menaiki kereta api untuk pulang setelah menimba ilmu dikampus, aku disuguhi adegan oleh seorang ( mungkin bisa dibilang pengemis ) perempuan yang berpenampilan sangat kotor. Perempuan itu berjalan seperti tokoh makhluk halus dalam film horror ( suster ngesot ). Sambil “ ngesot “, perempuan itu mengeluarkan kata-kata yang sangat susah dimengerti oleh aku ( mungkin orang lain juga ) dan melakukan adegan seperti dalam tari-tarian kuda lumping yang kesurupan. Perempuan itu mengambil sampah bekas makanan dan minuman dari kolong tempat duduk para penumpang kereta api dan langsung memakannya. Yang lebih membuat aku miris, kadang perempuan itu memakan seperti ( maaf ) kucing ( memakan tanpa menggunakan tangan / langsung pakai mulut ) sementara sisa-sisa makanan itu masih tergeletak di lantai kereta api, terkadang menjilatinya.

“ Ya Allah, apa makna yang baru saja aku saksikan ini??? “, Tanya aku dalam hati. Karena tak kuasa aku menyaksikan perempuan yang sedang memakan makanan sisa dan menjilatinya ( sisa makanan dilantai kereta ), aku pun memalingkan muka keluar kereta api. Tepat ketika aku melihat keluar kereta api, aku menyaksikan deretan rumah mewah dan terdapat tulisan di bagian depan komplek rumah mewah tersebut, “ komplek rumah dinas anggota DPR RI “. Ya, aku baru saja melewati komplek perumahan mewah yang diperuntukan untuk para anggota dewan legislatif yang terhormat itu. Saat itu juga akupun teringat pemberitaan soal rencana renovasi rumah dinas para anggota DPR RI yang anggarannya tidak sedikit beberapa waktu lalu dan rencana pembangunan atau perenovasian gedung nusantara ( kantor para anggota DPR RI ) yang dinilai oleh beberapa anggota DPR RI yang baru beberapa bulan menjabat itu sudah kurang layak dihuni karena gedung nusantara sekarang sudah mengalami kemiringan.

Ingatanku itu tak pelak mambuat aku kesal dan sedih akan nasib segelintir rakyat Indonesia. Fakta dikereta api itu adalah bukti susahnya hidup dinegara kaya ini untuk sebagian masyarakat. Saat itu pula aku bingung, dan malu terhadap diri sendiri. Aku kepingin membantu semampuku kepada perempuan itu, namun aku tak sanggup. Bantuanku hanya sekedar selembar uang seribu rupiah. Maaf..
Aku hanya salah satu manusia urban yang memimpikan kehidupan dikota besar, seperti Jakarta ini. Dan aku belum bisa membantu sesama. Tetapi, saat itu juga aku bertanya-tanya dalam hati mengenai kinerja para anggota DPR RI yang sudah dipilih langsung oleh rakyat saat pemilu lalu. Sebagian rakyat memilih calon wakil rakyat dengan penuh harap agar bisa menjadi penghubung kepada pemerintah untuk dapat mensejahterakan rakyat. Calon anggota DPR RI mungkin dianggap dewa penolong oleh sebagian rakyat, namun realitanya sama sekali tidak seperti yang diharapkan. Yang saya lihat para anggota DPR RI hanya mementingkan kepentingan mereka dan organisasinya sendiri. Rakyat, yang notabene adalah konstituen para anggota DPR RI hanya dianggap sebagai “ jembatan “ menuju ke Senayan, bukan tujuan untuk menuju ke Senayan.

Para anggota DPR RI harus bisa merubah nasib rakyat Indonesia yang masih hidup jauh dari kesejahteraan. Anggota dewan harus menjadi jembatan atau penghubung kepada pemerintah dan mengawasi kinerja pemerintah untuk dapat mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Bukan memperioritaskan para elite di Indonesia. Jangan hanya bicara ( soal kebutuhan rakyat ) saat menyerang lawan politik, tetapi setiap saat harus membicarakan soal kesejahteraan rakyat yang masih jauh itu. Mungkin, perempuan yang tadi saya ceritakan adalah salah satu konstituen yang sekarang duduk manis dikursi DPR RI. Kursi yang harus menjadi saksi semangat para anggota dewan terhormat menjalani masa tugas sebagai wakil seluruh rakyat, bukan segelintir rakyat. Anggota DPR adalah satu-satunya penghubung, penyeru, dan pengawas terhadap pemerintah yang dipilih langsung oleh rakyat. Maka seyogyanya harus dapat bekerja untuk rakyat, bangsa dan tanah air.

Anggota DPR harus dapat membuktikan kepada semua bahwa Indonesia itu kaya. Jangan ada lagi perempuan yang memakan makanan sisa dikereta, manusia gerobak yang hidupnya nomaden, dan pencari sumbangan palsu. DPR harus mengontrol dengan benar pemanfaatan kekayaan alam dan sumber daya manusia oleh pemerintah agar rakyat sejahtera. Jangan hanya gencar meminta dana untuk merenovasi rumah dinasnya, jangan hanya meminta dana untuk pembangunan gedung kantor baru karena alasan gedung sudah miring. Jangan.. Sejahterakan rakyat sesuai janji kampanye kalian wahai angota DPR yang terhormat!!

Jangan sampai ada persepsi bahwa yang miring bukan gedung kantornya, tetapi para aggota DPRnya. Maka, sejahterakan lah rakyat yang sudah memilihu sebagai wakil mereka.

Selasa, 18 Mei 2010

Siang Itu di Tugu Pancoran....

Siang itu ketika aku berhenti disebuah perempatan lampu merah tugu pancoran, jalan yang biasa aku lewati jika aku pulang, aku melihat suatu ironi yang terjadi di Indonesia. Sebuah gerobak usang, karatan, yang termakan usia di seret dengan tubuh seorang pria paruh baya. Bukan barang bekas atau barang lainnya, malah seorang perempuan ( ibu-ibu ) yang sedang mengendong anaknya yang tertidur lelap. Terik matahari tidak membuat laki-laki tua itu terlihat lelah. Perempatan lampu merah yang sedang ramai dilalui kendaraan bermotor dia tembus tanpa rasa takut tertabrak kendaraan. Salah satu petugas polisi lalu lintas yang sedang mengatur laju kendaraan, tiba-tiba menghampiri laki-laki tua yang membawa gerobak itu. " Mari pak, saya bantu ", begitu kira-kira kalimat yang terucap dari mulut petugas polisi lalu lintas itu. Tepat dibawah flyover tugu pancoran, laki-laki paruh baya itu berhenti dan istirahat. Mengusap dahi dengan handuk kecil dan meminum air untuk memulihkan tenaga. Perempuan dan anak kecil yang kemungkinan adalah isteri dan anaknya turun dari gerobak dan duduk disamping gerobak. Anak kecil yang tadi tertidur, malah terbangun dalam bisingnya suara kendaraan yang melintas.

Saat itu juga aku bergumam dan merasakan suatu keanehan hidup di negara ini, Indonesia. Jika kita melihat program berita akhir-akhir ini, pastinya kita disuguhi dengan berita mengenai keberhasilan kepolisian negara kita dalam membasmi para teroris. Padahal, para teroris yang sudah bertahun-tahun menjamur dimuka bumi Indonesia bergerak secara sembunyi-sembunyi dan sangat rahasia. Bahkan para teroris itu beraviliasi dengan teroris internasional. Tentu banyak pihak yang berdiri dibelakang para teroris tersebut. Tetapi pemeritah dapat membasminya. Memang, belum semua anggota teroris dibasmi oleh pemerintah. Namun, hal ini membuat saya berpikir dan terus-menerus memikirkan hal ini. Kenapa pemerintah dapat membasmi teroris dan belum bisa membasmi kemiskinan?????

Cara-cara pemerintah dalam membasmi masalah kemiskinan belumlah maksimal. Misal, program BLT yang masih mengalami berbagai masalah itu. Program itu juga belum merata dilakukan. Yang dibutuhkan masyarakat miskin ataupun kurang mampu yakni lapangan pekerjaan, upah kelas pekerja yang layak, dan memperioritaskan ekonomi kelas bawah. Keluarga Gerobak yang tadi aku ceritakan adalah bukti pemerintah belum bisa mengatasi masalah kemiskinan. Masyarakat miskin desa, berpikir jika hidup dikota-kota besar dapat merubah nasib mereka. Keluarga gerobak banyak yang tinggal dimana mereka merasa lelah setelah berjalan jauh mencari belas kasihan orang lain atau mencari barang bekas yang kiranya masih bisa dijual lagi kepengepul. Ada lagi peraturan daerah yang dikeluarkan pemerintah daerah Jakarta mengenai pelarangan memberikan uang kepada para gelandangan ( pengemis ) lebih memperburuk kehidupan rakyat yang tertindas di negeri sendiri itu. Para pegemis harus mencari akal untuk bisa bertahan dari kejamnya kehidupan di negeri ini setelah dikeluarkannya peraturan daerah itu.

Manusia gerobak, ya manusia gerobak julukan bagi keluarga yang hidup nomaden dengan membawa sebuah gerobak untuk dijadikan media bertahan hidup. Kehidupannya sangat tidak manusiawi, namun itulah realita sebagian rakyat miskin di negeri ini. Lagu yang sering berkumandang ketika aksi massa dijalanan, DARAH JUANG, sangat menggambarkan betapa ketidakadilan dinegeri ini memang benar-benar REALITA. Cita-cita kemerdekaan belum tercapai, rakyat miskin tertindas dan semakin tertindas.

Pemerintah harus berjuang habis-habisan membasmi kemiskinan. Semangat membasmi teroris harus dijadikan contoh semangat membasmi kemiskinan. Jika membasmi para teroris saja bisa, kenapa tidak untuk membasmi kemiskinan???
Rakyat miskin sudah sangat lelah menjalani hidup seperti itu. Kini saatnya menagih janji penguasa untuk mensejahterakan rakyat. Rakyat miskin juga manusia, maka dari itu penguasa ( pemerintah ) juga harus memanusiakan rakyat miskin dengan kesejahteraan dan keadilan yang nyata, bukan sebuah wacana belaka yang keluar dari mulut para penguasa.

Senin, 17 Mei 2010

Keterangan Versi Mahasiswa Trisakti Mengenai Tragedi Trisakti 12 Mei 1998...

Jam 10.30 -10. 45 Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap massa Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas serta karyawan yang berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.

Jam 10.45-11.00 Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.

Jam 11.00-12.25 Aksi Orasi serta unjuk rasa (mimbar bebas) dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.

Jam 12.25-12.30 Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan menuntut untuk turun (long March) ke jalan dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.

Jam 12.30-12.40 Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.

Jam 12.40-12.50 Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju MPR/DPR melewati kampus Untar.

Jam 12.50-13.00 Long March mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.

Jam 13.00-13.20 Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (SMUT) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim & Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.

Jam 13.20-13.30 Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di mana longmarch tidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.

Jam 13.30-14.00 Massa dapat dibujuk oleh rekannya untuk duduk. Lalu massa melakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.

Jam14.00-16.45 Negeoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.

Jam 16.45-16.55 Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE & Dekan FH Usakti serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.

Jam 16.55-17.00 Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang sedang memata-matai massa.

Jam 17.00-17.05 Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.

Jam 17.05-18.30 Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor(seperti: ngentot, kontol…) pada mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti. Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta dan sniper-sniper(penembak jitu), pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkan yang disertai dengan pelemparan mahasiswa ke kali lalu ditembak tanpa belas kasihan sedikitpun serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi (pemegangan bagian-bagian tubuh yang vital ) termasuk Ketua SMUT yang berada diantara aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan. Hal ini merupakan tindakan-tindakan brutal dan immoral yang dilakukan oleh pihak aparat keamanan dalam mengamankan aksi keprihatinan mahasiswa. Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan seperti bangkai. Yang mengenaskan ada seorang mahasiswi yang sudah berjongkok minta ampun tapi tak digubris dan terus dipukuli. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus. Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

Jam 18.30-19.00 Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.

Jam 19.00-19.30 Rekan mahasiswa kembali panik karena ada beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi. (mahasiswa ketakutan)

Jam 19.30-20.00 Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.

Jam 20.00-23.25 Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang.

Keterangan : Jumlah mahasiswa yang belum kembali ada 9 orang.

Tragedi Trisakti 12 Mei 1998...

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, leher, dan dada.
[sunting] Latar belakang dan kejadian

Ekonomi Indonesia mulai goyah pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Mahasiswa pun melakukan aksi demonstrasi besar-besaran ke gedung DPR/MPR, termasuk mahasiswa Universitas Trisakti.

Mereka melakukan aksi damai dari kampus Trisakti menuju gedung DPR/MPR pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri--militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak Polri.

Akhirnya, pada pukul 17.15 para mahasiswa bergerak mundur, diikuti bergerak majunya aparat keamanan. Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras.

Satuan pengamanan yang berada di lokasi pada saat itu adalah Brigade Mobil Kepolisian RI, Batalyon Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam seta Pasukan Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Styer, dan SS-1.

Pada pukul 20.00 dipastikan empat orang mahasiswa tewas tertembak dan satu orang dalam keadaan kritis. Meskipun pihak aparat keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam.
[sunting] Rentang waktu

* 10.30 -10.45
o Aksi damai civitas akademika Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir depan gedung M (Gedung Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti yang terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas dan universitas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000 orang di depan mimbar.

* 10.45-11.00
o Aksi mimbar bebas dimulai dengan diawali acara penurunan bendera setengah tiang yang diiringi lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian dilanjutkan mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap kondisi bangsa dan rakyat Indonesia sekarang ini.

* 11.00-12.25
o Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen, karyawan maupun mahasiswa. Aksi/acara tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.

* 12.25-12.30
o Massa mulai memanas yang dipicu oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat di atas lokasi mimbar bebas (jalan layang) dan menuntut untuk turun (long march) ke jalan dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang arah Jl. Jend. S. Parman.

* 12.30-12.40
o Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang) dan mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib pada saat turun ke jalan.

* 12.40-12.50
o Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju Gedung MPR/DPR melewati kampus Untar.

* 12.50-13.00
o Long march mahasiswa terhadang tepat di depan pintu masuk kantor Walikota Jakarta Barat oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dua lapis barisan.

* 13.00-13.20
o Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (Senat Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan negoisasi dengan pimpinan komando aparat (Dandim Jakarta Barat, Letkol (Inf) A Amril, dan Wakapolres Jakarta Barat). Sementara negoisasi berlangsung, massa terus berkeinginan untuk terus maju. Di lain pihak massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu pula masyarakat mulai bergabung di samping long march.

* 13.20-13.30
o Tim negoisasi kembali dan menjelaskan hasil negoisasi di mana long march tidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus mendesak untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir bersamaan datang tambahan aparat Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.

* 13.30-14.00
o Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai mahasiswa berlangsung di depan bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan antara aparat dan mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga mawar kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan satuan kepolisian lainnya.

* 14.00-16.45
o Negoisasi terus dilanjutkan dengan komandan (Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari terobosan untuk menghubungi MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit demi sedikit massa mulai berkurang dan menuju ke kampus.
o Polisi memasang police line. Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.

* 16.45-16.55
o Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi di mana hasil kesepakatan adalah baik aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah dibujuk oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti, Adi Andojo SH, serta ketua SMUT massa mau bergerak mundur.

* 16.55-17.00
o Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke kampus. Saat itu hujan turun dengan deras.
o Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang mengaku sebagai alumni (sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk bergerak karena oknum tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang menyamar.

* 17.00-17.05
o Oknum tersebut dikejar massa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibpus Trisakti menahan massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang. Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres agar masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.

* 17.05-18.30
o Ketika massa bergerak untuk mundur kembali ke dalam kampus, di antara barisan aparat ada yang meledek dan mentertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas mahasiswa Usakti.
o Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang massa mahasiswa dengan tembakan dan pelemparan gas air mata sehingga massa mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat melakukan penembakan yang membabi buta, pelemparan gas air mata dihampir setiap sisi jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkan, serta pelecehan seksual terhadap para mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada diantara aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan.
o Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswa, juga menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu saja mahasiswa dan mahasiswi tergeletak di tengah jalan. Aksi penyerbuan aparat terus dilakukan dengan melepaskan tembakkan yang terarah ke depan gerbang Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan tembakannya ke arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus.
o Lalu sebagian aparat yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka tersebut memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.
o Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.

* 18.30-19.00
o Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.

* 19.00-19.30
o Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat berpakaian gelap di sekitar hutan (parkir utama) dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang ormawa ataupun tempat-tempat yang dirasa aman seperti musholla dan dengan segera memadamkan lampu untuk sembunyi.

* 19.30-20.00
o Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar adari ruangan. Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah masing- masing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara sedikit demi sedikit (per 5 orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.

* 20.00-23.25
o Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh korban, mahasiswa berangsur-angsur pulang.
o Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber Waras. Jumpa pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM datang ke lokasi

* 01.30
o Jumpa pers Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Hadir dalam jumpa pers itu Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Kapolda Mayjen (Pol) Hamami Nata, Rektor Usakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli dan Bambang W Soeharto.

Jumat, 12 Maret 2010

Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta..



















Minggu, 03 Januari 2010

Sekilas Tentang Nahdlatul 'Ulama

Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1928 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.

Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.

Suatu waktu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab Wahabi di Mekkah, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermazhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut. Dengan sikapnya yang berbeda itu kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada tahun 1925. Akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekkah yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Sumber lain menyebutkan bahwa K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Wahab Hasbullah dan sesepuh NU lainnya melakukan walk out.

Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermazhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamakan Komite Hejaz, yang diketuai oleh K.H. Wahab Hasbullah.

K.H. Hasyim Asy'arie, Rais Akbar (ketua) pertama NU.

Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya, hingga saat ini di Mekkah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan mazhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermazhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah dan peradaban yang sangat berharga.

Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.

Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.

Paham Keagamaan

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih mengikuti satu mazhab:Syafi'i meskipun mengakui tiga madzhab yang lain: Hanafi, Maliki, Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.

Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.

Basis pendukung

Dalam menentukan basis pendukung atau warga NU ada beberapa istilah yang perlu diperjelas, yaitu anggota, pendukung atau simpatisan dan Muslim tradisionalis yang sepaham dengan NU. Jika istilah warga disamakan dengan istilah anggota, maka sampai hari ini tidak ada satu dokumen resmipun yang bisa dirujuk untuk itu. Karena sampai hari ini tidak ada upaya serius di tumbuh NU di tingkat apapun untuk mengelola keanggotaannya. Dari segi pendukung atau simpatisan ada dua cara melihatnya. Dari segi politik, ini bisa dilihat dari jumlah perolehan suara partai-partai yang berbasis atau diasosiasikan dengan NU, seperti PKBU, PNU, PKU, Partai SUNI, dan sebagian dari PPP. Dari segi paham keagamaan maka bisa dilihat dari jumlah orang yang mendukung dan mengikuti paham kegamaan NU. Maka dalam hal ini bisa dirujuk hasil penelitian Saiful Mujani (2002) yiatu berkisar 48% dari Muslim santri Indonesia. Suaidi Asyari (Nalar Politik NU & Muhammadiyah, 2009) memperkirakan ada sekitar 51 juta dari Muslim santri Indonesia dapat dikatakan pendukung atau pengikut paham keagamaan NU. Sedangkan jumlah Muslim santri yang disebut sampai 80 juta atau lebih merupakan mereka yang sama paham keagamaannya dengan paham kegamaan NU. Belum tentu mereka ini semuanya warga atau mau disebut berafiliasi dengan NU. Mayoritas pengikut NU terdapat di pulau jawa, kalimantan, sulawesi dan sumatra. Perkembangan terakhir pengikut NU mempunyai profesi beragam yang sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran ahlususunnah wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.

Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. Belakangan ini NU sudah memiliku sejumlah Doktor atau Master dalam berbagai bidang ilmu selain dari ilmu ke-Islam-an baik dari dalam maupun luar negeri, termasuk negara-negara Barat. Hanya saja para Doktor dan Master ini belum dimamfaatkan secara maksimal oleh para pengurus NU hampir di setiap lapisan kepengurusan NU.

NU di kabupaten temanggung bermula dari para pengikut Toriqoh Naqshobandoyah yang berpusat di sokaraja banyumas kebetulan wilayah temanggung termasuk konsul banyumas yang diketuai oleh raden muhtar.kota parakan mulanya dijadikan cabang mengingat badal toriqoh sukaraja berpusat di parakan.

Tujuan dan Usaha Organisasi

Tujuan Organisasi

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah waljama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Usaha Organisasi

  1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
  2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.Hal ini terbukti dengan lahirnya Lembaga-lembaga Pendidikan yang bernuansa NU dan sudah tersebar di berbagai daerah khususnya di Pulau Jawa.
  3. Di bidang sosial budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai keislaman dan kemanusiaan.
  4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.Hal ini ditandai dengan lahirnya BMT dan Badan Keuangan lain yang yang telah terbukti membantu masyarakat.
  5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas. NU berusaha mengabdi dan menjadi yang terbaik bagi masyrakat.

Struktur Organisasi

  1. Pengurus Besar (tingkat Pusat)
  2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
  3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri
  4. Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan)
  5. Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan)

Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:

  1. Mustayar (Penasihat)
  2. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
  3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)

Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:

  1. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
  2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)

Daftar Pimpinan Nahdlatul Ulama

Berikut ini adalah daftar Ketua Rais Aam (pimpinan tertinggi) Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama:

Jaringan Organisasi

Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi NU meliputi:

  • 33 Wilayah
  • 439 Cabang
  • 15 Cabang Istimewa yang berada di luar negeri
  • 5.450 Majelis Wakil Cabang / MWC
  • 47.125 Ranting

NU dan Politik

Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dengan Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan merahil 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.

NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk 'Kembali ke Khittah 1926' yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.

Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR

Sabtu, 02 Januari 2010

Tahun baru, Mobil Baru. Presidennya Juga Harus Baru.....

Tahun 2009 sudah berlalu, kini telah memasuki tahun 2010. Kenangan apa yang tertinggal oleh masyarakat kita ?. Terutama para pejabat kita yang berjanji membawa kesejahteraan bagi rakyat. Baru-baru ini, kantor menteri sekretaris negara membagi-bagikan mobil mewah yang berharga Rp 2,3 miliyar, bukan angka yang sedikit tentu. Mobil dinas itu dibagikan kepada para menteri kabinet Indonesia Bersatu jilid 2 dan pejabat pemerintah yang lain. Pihak sekretaris negara beralasan, mobil yang dulu sudah sering masuk bengkel, dan ditakutkan menghambat proses kerja para pejabat negara. Pihak sekretaris negara juga membatah harga yang katanya mencapai Rp 1 miliyar. Itu bohong, tidak mencapa segitu, hanya Rp 800 jutan kok, tegas Sudi Silalahi.

Pemerintah seharusnya melihat kondisi rakyat yang masih kesulitan ekonomi. Rakyat masih sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah, bukan BLT tentu. Sangat disayangkan apa yang dilakukan oleh pemerintah. Belum lama ini, kasus skandal bank century juga masih hangat diperbicangkan masyarakat luas. Apakah pemerintah tidak berusaha menghemat anggaran negara. Melihat masih banyak masalah pendidikan yang carut-marut. Mulai dari gedung rusak, kesejahteraan guru honorer dan mahalnya biaya sekolah. Bukan hanya itu, masalah kemiskinan juga masih menjadi masalah yang sangat membutuhkan perhatian pemerintah.

Mungkin ini sudah menjadi agenda tahun 2010 oleh pemerintah. Karena memasuki tahun baru, maka mobil dinas pun harus baru. Semoga saja presidennya juga baru. Amin ya rabbal 'aalamiin. Hahahahahaaaaaaaaaaaaaa......

Anggodo masih kuat...

Apa kabar Anggodo ?
Mungkin kalimat itu yang pantas di kemukakan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Karena sampai detik ini pihak kepolisian belum menetapkan Anggodo sebagai tersangka. Kita semua tahu jika Anggodo sangat perkasa mengatur perkara yang sedang menimpa sang kakak, yakni Anggoro Widjojo. Anggodo dengan mudah memerintah orang yang diduga sebagai pejabat negara. Hal itu terungkap didalam sidang Mahkamah Konstitusi beberapa pekan bulan lalu. Malah, dalam rekaman perbincangannya dengan salah satu teman Anggodo yang bersuara perempuan " berhembus kabar bernama Ong Juliana " sampai menyebut nama SBY. Sontak hal itu membuat pihak istana geram. SBY lantas meminta pihak berwajib mengusut pencatutan namanya itu. SBY membantah dalam pernyataannya dihadapan para pemburu berita. " Saya sama sekali tidak mengenal Anggodo ataupun teman Anggodo yang ada dalam rekaman itu " , sanggah SBY saat jumpa pers.

Sudah beberapa bulan berlalu, sampai sekarang Anggodo belum ditetapkan menjadi tersangka. Alasan pihak kepolisian karena belum cukup bukti untuk menjeratnya. Bukan hanya dari pihak kepolisian saja, pihak KPK yang disebut-sebut sebagai target Anggodo juga belum bertindak apapun. Padahal, saat kedua pejabat KPK ditahan masyarakat sangat mendukung KPK. Tetapi KPK sampai saat ini belum memperlihatkan langkah yang kongkrit. Jika benar, KPK juga belum memanggil Anggodo ke KPK.

Mau sampai kapan ketidakjelasan kasus ini berlarut ?
Apakah Anggodo memang tidak bersalah ?
Atau memang benar, Anggodo adalah makelar kasus yang dengan gampangnya menyetir setiap kasus yang dihadapinya ?
Hanya Anggodo yang tahu.